Popular Post

Purple Bobblehead Bunny

Archive for April 2016

Artikel Penerbitan Grafis dan Elektronik Danang Triathmojo

By : Unknown
PERENCANAAN OTOMASI
PERPUSTAKAAN



NAMA                    : Danang Triathmojo
NIM                        : 135030700111025
MatKul                   : Penerbitan Grafis dan Elektronik
Dosen Pengampu   : Pitoyo Widhi S.Si., M.Si

Penerapan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah menyebar hampir di semua bidang tidak terkecuali di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan dengan teknologi informasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan digital atau cyber library. Ukuran perkembangan jenis perpustakaan banyak diukur dari penerapan teknologi informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran lain seperti besar gedung yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah penggunanya. Kebutuhan akan TI sangat berhubungan dengan peran dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis, mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola dan 
1. Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk Automasi Perpustakaan.
2. Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam perpustakaan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital.
Kedua fungsi penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun terintegrasi dalam suatu sistem informasi tergantung dari kemampuan software yang digunakan, sumber daya manusia dan infrastruktur peralatan teknologi informasi yang mendukung keduanya. Dalam makalah ini selanjutnya akan membahas tentang automasi perpustakaan.


Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Katalog perpustakaan elektronik adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan yang terautomasi. Sub sistem lain seperti OPAC dan sirkulasi berinteraksi dengannya dalam menyediakan layanan automasi. Sebuah sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan automasi perpustakaan.
Cakupan dari Automasi Perpustakaan                   
  • Pengadaan koleksi
  • Katalogisasi, inventarisasi
  • Sirkulasi, reserve, inter-library loan
  • Pengelolaan penerbitan berkala
  • Penyediaan katalog (OPAC)
  • Pengelolaan anggota
Dalam sebuah sistem automasi perpustakaan terdapat beberapa unsur atau syarat yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya, unsur-unsur atau syarat tersebut adalah :
1. Pengguna (users)
Pengguna merupakan unsur utama dalam sebuah sistem automasi perpustakan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota perpustakaan. Apa misi organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi mereka ? Seberapa melek komputerkah mereka? Bagaimana sikap mereka ? Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem automasi perpustakaan. Automasi Perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi kebutuhan pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan daripada sistem automasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna.
Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka. Namun perlu hati-hati terhadap penilaian keliru yang dilakukan oleh pengguna mengenai kebutuhan dan persepsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh suatu sistem komputer . Kebutuhan dapat dirincikan terlalu banyak atau terlalu sedikit dan kadang-kadang persepsi bisa juga keliru.


Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus dikumpulkan untuk menjamin kerjasama mereka. Tenaga-tenaga inti yang dilatih untuk menjadi operator, teknisi dan adminsitrator sistem harus diidentifikasikan dan dilatih sesuai bidang yang akan dioperasikan.
2. Perangkat Keras (Hardware)
Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang memerlukan program untuk menjalankannya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah sebuah alat dimana kemampuanya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan dan software yang digunakan.
Kecenderungan perkembangan komputer :
  • Ukuran fisik mengecil dengan kemampuan yang lebih besar
  • Harga terjangkau (murah)
  • Kemampuan penyimpanan data berkapasitas tinggi
  • Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan
Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang bertanggung jawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi pembelian. Adanya staf yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain dan menghindari dampak buruk yang mungkin timbul. Hal lain adalah adanya dukungan teknis serta garansi produk dari vendor penyedia komputer.
3. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur untuk mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai. Kecenderungan dari perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem operasi, mampu menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan (multi-tasking), kemampuan mengelola data yang lebih handal, dapat dioperasikan secara bersama-sama (multi-user).
Untuk mendapatkan software kini sudah banyak tersedia baik dari luar maupun dalam negeri dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan dan harga yang bervariasi. Di perpustakaan software yang dikenal antara lain CDS/ISIS, WINISIS yang mudah didapat dan gratis freeware dari Unesco atau dari beberapa perguruan tinggi sekarang telah banyak membuat dan mengembangakan sistem perpustakaannya sendiri seperti SIPUS 2000 di UGM, Sipisis di IPB. Masih banyak lagi perguruan tinggi dan institusi pengembang software yang mengembangkan SIP dengan kemampuan yang tidak kalah sip. Sistem Informasi Perpustakaan ini difungsikan untuk pekerjaan operasional perpustakaan, mulai dari pengadaan, katalogisasi, inventarisasi, keanggotaan, OPAC, pengelolaan terbitan berkala, sirkulasi, dan pekerjaan lain dalam lingkup operasi perpustakaan.


Suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem kerja yang berjalan, untuk menilia suatu software tentu saja banyak kriteria yang harus diperhatikan. Beberapa criteria untuk menilia software adalah sebagai berikut :
· Kegunaan : fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan informasi tepat pada waktu (realtime) dan relevan untuk proses pengambilan keputusan.
· Ekonomis : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk mengaplikasikan software sesuai dengan hasil yang didapatkan.
· Keandalan : mampu menangani operasi pekerjaan dengan frekuensi besar dan terus-menerus.
· Kapasitas : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat.
· Sederhana : menu-menu yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan interaktif dengan pengguna
· Fleksibel : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi dan institusi serta maupun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
· Membangun sendiri
· Mengontrakan keluar
· Membeli software jadi yang ada di pasaran
Pilihan apapun yang dijatuhkan, software harus
· Sesuai dengan keperluan
· Memiliki ijin pemakaian
· Ada dukungan teknis, pelatihan , dokumentasi yang relevan serta pemeliharaan.
· Menentukan staf yang bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi software.
Memilih dan membeli perangkat lunak merupakan suatu proses tersedianya dukungan pemakai, karena diperlukan banyak pelatihan dan pemecahan masalah sebelum sistem tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu cara untuk memastikan dukungan pelanggan adalah memilih perangkat lunak yang digunakan oleh sejumlah perpustakaan. Sekelompok besar pengguna biasanya menjustifikasikan layanan dukungan pelanggan sebagai hal yang subtansial. Selain itu, pengguna dapat saling membantu dalam pemecahan masalah.
Spesifikasi perangkat keras harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimum operasi perangkat lunak.
4. Network / Jaringan
Jaringan komputer telah menjadi bagian dari automasi perpustakaan karena perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.
Komponen perangkat keras jaringan antara lain : komputer sebagai server dan klien, Network Interface Card ( LAN Card terminal kabel (Hub), jaringan telepon atau radio, modem.
Hal yang harus diperhatikan dalam membangun jaringan komputer adalah :
· Jumlah komputer serta lingkup dari jaringan (LAN, WAN)
· Lokasi dari hardware : komputer, kabel, panel distribusi, dan sejenisnya
· Protokol komunikasi yang digunakan
· Menentukan staf yang bertanggun jawab dalam pembangunan jaringan.
5. Data
Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari bits, bytes, fields, records, file dan database.

Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi, dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam periode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file (data file storage) ke dalam model sistem informasi; dengan begitu, kegiatan pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya.

Artikel Penerbitan Grafis dan Elektronik Yohannes C Pakung

By : Unknown

Printer Berdasarkan Jenis dan Cara Cetaknya

Nama                    : Yohannes C Pakung
Mata Kuliah         : Penerbitan Grafis dan Elektronik
Dosen Pengampu : Piyoto Widhi S.Si., M.Si

Cetak Foto – Printer adalah alat yang menampilkan data dalam bentuk cetakan, baik berupa teks maupun gambar atau grafik pada suatu kertas (hard copy device). Printer digunakan untuk mencetak informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data yang telah dilakukan oleh computer, baik itu dalam bentuk gambar, tulisan ataupun yang lainnya kedalam media kertas atau sejenisnya.
Dalam penggolongan jenisnya printer di golongkan berdasarkan alat mekaniknya yaitu :
2.      Non Impact Printer

Sedangkan dalam penggolongan menurut cara cetaknya yaitu :
1.      Serial Printer
2.      Line Printer
3.      Page Printer

Impact Printer
Impact printer adalah jenis printer yang memaksa print heads untuk mentransfer tinta ke media cetak dengan cara print heads menekan tinta sampai menyentuh kertas, mirip dengan cara kerja mesin tik. Impact printer menggunakan print heads yang berisi sejumlah pin metal. Beberapa print heads hanya memiliki 9 pin untuk menghasilkan titik – titik yang akan membentuk karakter. Dan sebagian printer memiliki 24 pin untuk menghasilkan resolusi yang lebih baik. Selain itu jenis printer ini terbatas pada pencetakkannya yang bersifat monochrome dengan huruf tunggal pada setiap waktu cetak. Beberapa tipe dari impact printer :
Dot Matrix Printer 
Printer Dot Matrix adalah suatu jenis printer yang resolusi cetaknya masih sangat rendah. Fungsi printer dot matrix sampai saat ini masih saja diperlukan walaupun kini telah bertebaran printer-printer canggih yang dapat mencetak fotografi level profesional. Printer Dot-matrix ini terutama dibutuhkan oleh bidang usaha yang membutuhkan pencetakan rangkap, tidak hanya bukti transaksi, tetapi juga laporan-laporan yang harus dicetak rangkap. Dari pada mencetaknya berulang-ulang yang mengakibatkan biaya operasional printer tinggi dan waktu menjadi terbuang percuma, maka kita dapat menggunakan printer dot-matrix dengan kertas rangkap. Hemat waktu dan hemat biaya (listrik, pita, kertas, dll).
Kebaikan dari printer ini adalah dapat dicetak bermacam-macam bentuk yang dikehendaki karena image dihasilkan dari pola yang dibentuk dari titik-titik. Dengan menambahkan karbon yang mempunyai beberapa warna, maka dapat dicetak grafik didalam beberapa warna. Cetakan dengan kualitas karakter yang cukup baik dikenal dengan istilah NLQ (Near Letter Quality). Kelemahannya adalah kualitas karakter kurang baik, karena dibentuk dari titik-titik.

Daisy Wheel Printer 
Tipe dari printer yang menghasilkan huruf yang kualitasnya cukup baik. Cara kerja printer ini sama seperti mesin tik. Daisy wheel adalah piringan yang terbuat dari plastik atau logam dimana pada setiap ujung dari piringan ini terdapat karakter-karakter. Untuk mencetak karakter, printer memutar piringan sampai huruf yang diinginkan berhadapan tepat dengan kertas. Dan palu langsung menghantam piringan , memaksa karakter untuk menekan tinta, dan meninggalkan bekas tinta di kertas. Jenis karakter dari printer ini bisa dirubah dengan cara mengganti daisy wheel.
Daisy Wheel Printer Menggunakan sebuah roda yang berisi karakter-karakter. Tiap karakter di roda terletak pada sebuah lengan plastik yang dilekatkan pada pusat roda, sehingga berbentuk seperti bunga.
Hasil dari karakter yang tercetak mempunyai kualitas yang baik, sehingga printer ini digolongkan sebagai Letter Quality printer, tetapi mempunyai kelemahan yaitu lebih lambat dibandingkan dengan dot matrix printer.
Thimble Printer 
Merupakan Letter Quality printer menggunakan elemen berbentuk thimble yang terdiri dari batangan plastik yang diatur melingkar seperti daisy wheel tetapi batangan tersebut dibengkokkan. Pola dari karakter ada di ujung batangan plastik tersebut.
Chain Printer  
Mengunakan suatu rantai yang berisi karakter-karakter untuk membentuk hasil cetakannya. Rantai tersebut akan berputar secara horizaontal dan setelah tepat pada posisi pencetakan, palu pemukul akan mengetuk pola karakter di rantai melalui karbon, bentuk dari karakter akan tercetak di kertas. Chain printer mempunyai kecepatan yang tinggi.
Drum Printer 
Yaitu printer yang kumpulan karakternya diletakkan pada permukaan luar suatu drum metal. Tiap-tiap posisi kolom pencetakan terdapat satu lingkaran kumpulan karakter di drum.
Proses pencetakan karakter dilakukan dengan memutar drum sampai pada bentuk karakter yang diinginkan  dan suatu palu pemukul akan mengetuk karakter tersebut.
Band Printer 

Cara operasinya sama dengan chain printer, tetapi menggunakan pita besi (steel band) yang berisi kumpulan pola karakter.

Non Impact Printer
Perbedaan dari Non Impact dengan impact printer adalah printer jenis ini tidak menyentuh kertas untuk dapat menghasilkan cetakan. Yang termasuk ke dalam kategori ini diantaranya : Inkjet Printer, Laser Printer, Solid Ink Printers, Dye Sublimation Printers, Thermal Wax Printers, Thermal Autochrome Printers, Plotter.

Inkjet Printer
Inkjet printer menggunakan serangkaian nozle yang menyemprotkan tinta secara langsung ke kertas. Printer inkjet diproduksi secara masal sekitar tahun 1980-an. Canon mengklaim telah menemukan apa yang disebut teknologi “Bubble jet” tahun 1977. Ketika seorang peneliti sengaja menyentuh sebuah jarum suntik tinta diisi dengan solder besi panas dan ternyata panas memaksa setetes tinta keluar dari jarum, semenjak itu mulailah mengembangkan metode pencetakan baru.
Printer Inkjet menggunakan tinta dengan proses “Penyemprotannya” menggunakan muatan listrik, sehingga lebih tenang dan mempunyai kecepatan tinggi yaitu s/d 270 cps.
Dapat dilengkapi dengan tinta berwarna. Kelemahannya printer ink jet harus menggunakan kertas khusus sehingga cetakan harus kering sebelum warna lain menimpanya. Printer Inkjet memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan dari printer laser.
§  Kemampuan printer dalam warna-cetak.
§  Harga printer inkjet yang lebih murah dari printer laser.
§  Printer Inkjet lebih mahal dalam hal penggunaan dan pemeliharaan.
§  Cartridges perlu diisi lebih sering, biaya cetak inkjet sekitar 10 kali lebih banyak dari pencetakan laser.
§  Apabila mencetak dengan kualitas baik, diperlukan kertas khusus (foto, dsb).

Laser printer
Laser printer menggunakan tinta kering (toner), listrik statis, dan panas untuk melakukan pencetakan. Prinsip kerjanya sama dengan mesin fotocopy. Cara kerja printer ini hampir sama dengan mesin fotocopy, perbedaanya pada mesin fotocopy bayangannya difokuskan pada silinder yang berputar, sedangkan laser printer bayangannya diciptakan dengan titik per titik oleh semiconductor laser. Kualitas tulisan laser hampir sama dengan letter quality karena 1cm terdiri dari 750 titik-titik. Kecepatan mencetaknya adalah 8 halaman permenit. Kelemahannya adalah harganya yang cukup mahal.
Solid Ink Printer 

Solid ink printer menggunakan batangan lilin seperti tinta yang dilelehkan dan disemprotkan pada kertas. Lilin ini kemudian mengering pada kertas.


Dye Sublimation Printer

Dye Sublimation Printer menggunakan gulungan film transparan yang panjang yang memiliki warna merah, biru, kuning, dan abu-abu. Yang terdapat dalam film ini adalah 4 warna dasar yang digunakan dalam pencetakan (CMYK). Head print menggunakan elemen dengan suhu yang bervariasi bergantung pada warna yang diinginkan. Pewarna diuapkan dan diserap permukaan kertas sebelum kembali menjadi padat
Thermal Wax Printer

Semacam hybrid dari teknologi Solid Ink dan Dye Sublimation. Menggunakan pita warna CMYK. Pita warna melewati head print yang memiliki serangkaian pin yang dipanaskan. Pin ini mencairkan lilin dan merekatkannya pada kertas hingga mengeras kembali. Kualitas thermal printer sama dengan printer dot matrix karena prinsip kerjanya sama. Perbedaannya thermal printer menggunakan panas dan bukan tekanan atau impact. Keuntungan dari thermal printer adalah lebih tenang dan mempunyai kecepatan tinggi yaitu 6 halaman per-menit. Kelemahannya adalah harus menggunakan kertas khusus.
Thermal Autochrome Printer 
Berbeda dengan jenis printer lainnya, warna tidak terletak pada printer melainkan pada kertas yang akan dicetak. Terdapat tiga lapisan (Cyan, Magenta, Yellow) pada kertas dan setiap lapisan diaktifkan dengan suhu tertentu. Print head melewati kertas tiga kali dengan memberikan suhu yang sesuai dengan lapisan warna yang diperlukan.
Plotter
Plotter merupakan salah satu peralatan output yang digunakan untuk menggambar grafik dan lain-lain.

Perbedaannya dengan printer, plotter menggunakan sistem digital to analog. Contoh plotter grafik adalah ECG (Electro Cardiograph) yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui potensial dari denyutan jantung, contoh lain seismograph untuk mencatat getaran “gempa”. Plotter dapat menggambar grafik pada kertas, plastik, maupun pada plastik transparan untuk digunakan dalam proyektor.

Artikel Penerbitan Grafis dan Elektronik Septiana Dwi Saputri

By : Unknown


Nama                     : Septiani Dwi Saputri
NIM                        : 135030701111010
MATKUL                : Penerbitan Grafis dan Elektronik
Dosen Pengampu : Piyoto Widhi S.Si,. M.Si

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut hadir di segala bidang kegiatan dan berbagai bidang keilmuan. Penerapan berbagai teknologi yang ada, memberi kemudahan pada suatu organisasi untuk mengembangkan efisiensi pekerjaan  dan kualitas layanan menjadi lebih baik.
Perpustakaan sebagai tempat berbagai sumber informasi, dalam hal ini dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pemustakanya, baik dalam memaksimalkan bahan pustaka yang ada maupun layanan-layanan yang disediakan. Untuk itu pihak perpustakaan selalu mengembangkan ilmunya agar bisa memenuhi tuntutan tersebut, dalam hal ini perkembangan ilmu teknologi informasi.
Teknologi informasi yang sudah berkembang dengan sangat pesat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan maupun profesi. Untuk itu organisasi baik instansi maupun perusahaan harus mengubah cara kerja mereka yang tadinya manual sekarang dibantu dengan teknologi dalam memudahkan pekerjaan mereka. Perpustakaan dalam hal ini juga tidak boleh ketinggalan dalam hal penerapan teknologi dalam teknis kerjanya.
Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video. Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi. Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer tetapi gabungan dari teknologi komputer dan teknologi komunikasi.
Perpustakaan erat kaitannya dengan informasi, sesuai dengan pengertian perpustakaan menurut IFLA (International Federation Library Association) perpustakaan adalah tempat kumpulan materi tercetak dan non tercetak atau sumber informasi yang disusun secara sistematis, untuk digunakan oleh pemustaka. Dilihat dari pengertian di atas, dimana perpustakaan diartikan sebagai tempat terkumpulnya sumber informasi, maka dibutuhkan teknologi informasi untuk mendukung informasi tersebut agar mudah ditemukan dan dimanfaatkan oleh pemustaka.
            Dengan menggunakan teknologi yang canggih diharapkan hal ini berdampak bagi pemustaka agar lebih berminat untuk memanfaatkan berbagai layanan di perpustakaan. Untuk pengelola perpustakaan dengan diterapkannya teknologi informasi ini, mereka juga terbantu dalam kegiatan mengolah, menyimpan dan menyebarkan informasi yang ada di perpustakaan.
Adapun dampak positif dari perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan-kegiatan di perpustakaan adalah (Supriyanto: 2008):
a.   Meringankan beban pekerjaan pustakawan di perpustakaan sehingga pekerjaan lebih efektif dan efisien. Sebelum adanya teknologi informasi di perpustakaan, kegiatan di perpustakaan dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama, dengan adanya otomasi perpustakaan kegiatan pengkatalogan, penelusuran, pengambilan keputusan dan lain-lain dapat diselesaikan dengan cepat dan mudah.
b.   Pertukaran informasi dan kerjasama dengan perpustakaan lain menjadi lebih mudah dan cepat karena semua informasi dapat diakses melalui jaringan internet dan dapat dilakukan secara virtual tanpa harus bertatap muka.
c.   Dapat meningkatkan citra dan pencitrakan perpustakaan. Citra perpustakaan yang selama ini diremehkan, dikarenakan pemikiran bahwa perpustakaan hanyalah gudang atau tempat penyimpanan buku, perlahan-lahan akan berubah. Dengan adanya teknologi informasi di perpustakaan maka citra perpustakaan akan membaik karena mengikuti perkembangan teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
d.   Dapat memudahkan mempromosikan produk perpustakaan melalui website. Dengan menggunakan website perpustakaan maka perpustakaan bisa lebih menjangkau pemustaka yang berada jauh dari lokasi perpustakaan.
e.   Memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pendendaan, pengadaan, wedding dan lain-lain. Dengan adanya teknologi informasi ini segala kegiatan di dalam perpustakaan menjadi lebih mudah.
Perkembangan teknologi informasi diharapkan bisa lebih memaksimalkan kinerja dan pelayanan perpustakaan. Saat ini perpustakaan telah mengambil peranan yang penting dalam perkembang teknologi salah satunya dengan penerapan sistem otomasi di dalam perpustakaan, yang mana sangat membantu alur kerja di dalam perpustakaan, baik pustakawan maupun pemustaka. Sistem otomasi perpustakaan saat ini sudah dikombinasikan dengan menggunakan sistem identifikasi otomatis bahan pustaka, yang mana lebih mengefisienkan lagi pekerjaan di dalam perpustakaan. sistem identifikasi otomatis yang selama ini banyak di pakai di perpustakaan adalah sistem barcode.
Barcode telah digunakan oleh pustakawan diberbagai jenis  perpustakaan untuk waktuyang lama, seiring dengan perkembangan teknologi barcode sekarang perlahan-lahan sudah mulai digantikan oleh penggunaan RFID. Penerapan  yang meluas dari RFID banyak memunculkan persoalan dalam peningkatan layanan khususnya layanan mandiri
Penggunaan barcode bila dibandingkan dengan penggunaan RFID sangat banyak perbedaannya, diantaranya sistem barcode hanya bisa dibaca, sedangkan RFID bisa dibaca dan dan ditulis ulang, untuk membaca dengan alat reader barcode harus disejajarkansedangkan RFID tidak perlu disejajarkan, semua objek atau benda bisa dibaca secara bersamaan walau ditumpuk sekalipun, sedangkan barcode hanya membaca satu objek, RFID bisa digunakan untuk penjajaran.

PENGERTIAN RFID
Frank Thronton (2006) menjelaskan bahwa RFID merupakan peralatan dan teknologi yang menggunakan sinyal radio untuk memberikan data yang telah diidentifikasikan. RFID ini termasuk dalam bentuk tag atau label kecil yang dapat mengidentifikasi sebuah objek data diterima melalui sinyal radio, kemudian diterjemahkan kembali dalambentuk angka atau informasi lainnya. RFID bukan hanya digunakan dikalangan industri saja, akan tetapi juga digunakan pada perpustakaan sebagai alat pengaman dan mempermudah pekerjaan dan layanan.
            RFID (Radio Frequency Identification) merupakan kombinasi dari frekuensi radio berbasis teknologi dan teknologi microchip. Informasi yang terkandung di dalam tag microchip dan ditempelkan pada bahan pustaka dapat dibaca menggunakan teknologi frekuensi radio. Sebuah alat pembaca (alias sensor, pemindai, atau integrator) mencari antena pada tag dan mengambil informasi dari microchip dalam perangkat RFID. (Boss, Richard). Chip RFID menjadi bagian yang sangat penting, karena chip yang digunakan telah menjadi lebih kecil dan lebih pintar sampai ke titik di mana chip tersebut dapat ditambahkan pada setiap jenis dokumen dan dapat dibaca dan diperbarui dari kejauhan (A. Narayanan, et.al: 2005).
            Pengertian RFID secara umum adalah sebuah teknologi terbaru untuk mengidentifikasi atau mendeteksi sebuah objek (benda/orang) dengan menggunakan gelombang radio, yang terdiri dari satu atau lebih alat pembaca/ transponder interogator dan RF transfer data yang dicapai dengan cara yang sesuai dimodulasi induktif atau memancarkan pembawa elektro-magnetik. Selain itu dapat digunakan sebagai pembawa data, dengan informasi yang ditulis dan diperbarui untuk tag pada saat digunakan.
            Penggunaan RFID di perpustakaan yang mana  menggantikan sistem barcode telah ada sejak tahun 1990-an. Dengan menggunkaan RFID memungkinkan pengamanan, dan penemuan kembali bahan pustaka di perpustakaan dengan mudah. Secara keseluruhan rak bahan pustaka dapat dibaca dengan alat pembaca sinyal pada portable scan reader. Kemudian pada hasil portable scan reader akan dilaporkan apakah ada bahan pustaka yang hilang atau dipinjam (keluar dari rak). Sebuah label RFID yang ditempelkan pada bahan pustaka akan mengidentifikasi bahan pustaka dan akan melindunginya. Ketika pemustaka melakukan pminjaman dan membawa bahan pustaka keluar dari perpustakaan maka label RFID akan terbaca oleh sistem. (Ahson, Syed: 2008).

KOMPONEN-KOMPONEN RFID
Komponen-komponen dari RFID, yang pertama yaitu, tag RFID  yang dapat berupa stiker, kertas atau plastik dengan beragam ukuran. Di dalam tag terdapat chip yang mampu menyimpan sejumlah informasi tertentu, yang kedua terminal reader RFID, terdiri atas RFID- reader dan antenna yang akan mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Terminal RFID akan membaca atau mengubah informasi yang tersimpan dalam tag melalui frekuensi radio.
Ketika tag melakukan identifikasi, informasi yang tersimpan pada chip dalam tag dikode ulang oleh reader dan disimpan, dikirim ke server, atau dikomunikasikan kepada sistem perpustakaan terpadu bila sistem RFID dihubungkan dengan itu. Ketika tidak ada server, sebagian besar perangkat lunak disimpan di reader.  Terminal RFID terhubung langsung dengan system host computer, dimana mengatur alur informasi dari item-item yang terdeteksi dalam lingkup system RFID dan mengatur komunikasi antara tag dan reader (alat pembaca). Host bisa berupa stand-alone ataupun terhubung jaringan LAN/Internet untuk komunikasi dengan server.  Jenis konversi reader mencakup, stasiun kerja staf untuk meja sirkulasi dalam melakukan pekerjaan, pelindung diri stasiun pengisian dan pemakaian, reader untuk mengidentifikasi bahan pustaka yang dikembalikan, dan pintu sensor untuk mengidentifikasi keamanan.
Sistem RFID di perpustakaan merupakan gabungan dari beberapa komponen. Beberapa komponen tersebut akan membuat mekanisme alur kerja di perpustakaan yang menjadikan perpustakaan yang bersangkutan berbeda dengan perpustakaan lainnya yang tidak menggunakan sistem RFID.  Untuk
mempersiapkan sistem tersebut maka berikut langkah-langkah:
·       Menginput deskripsi buku ke dalam tag RFID
·       Tempelkan tag RFID ke dalam buku
·       Masukkan buku ke dalam rak
·       Pindai buku dengan alat scanner genggam agar nantinya mempermudah shelving
·       Pemustaka mencari bahan pustaka di OPAC dan mencari ke jajaran rak
·       Kemudian peminjaman dilakukan secara mandiri (self service) dengan menggunakan alat self chek station
·       Buku yang dipinjam sudah melalui proses diatas tidak akan menjadi masalah ketika melewati pintu gerbang yang mana sudah dipasang alarm pengaman
·       Ketika pemustaka ingin mengembalikan buku maka bisa melalui alat book drop

PENERAPAN RFID DALAM PERPUSTAKAAN (KELEBIHAN DAN KELEMAHAN)
Penerapan RFID dalam perpustakaan adalah penambahan teknologi terbaru yang digunakan dalam perpustakaan untuk kombinasi otomatisasi dan kegiatan keamanan dalam pemeliharaan dokumen baik di dalam perpustakaan atau ketika dokumen di luar perpustakaan (A. Narayanan, et.al.: 2007). RFID adalah teknologi terbaru untuk digunakan dalam sistem deteksi pencurian/ kehilangan bahan pustaka perpustakaan.
Sistem RFID mulai dipakai dalam perpustakaan pada akhir tahun 1990-an yang kegunaanya diantaranya tidak hanya mendeteksi hilangnya bahan pustaka, juga mempercepat kinerja staf dan pelaksanaannya, menyederhanakan dan mendukung kecepatan urusan dan pelaksanaan staf, dan  dilaksanakan untuk tujuan pelacakan efisiensi dokumen di seluruh perpustakaan, mempermudah dan mempercepat pemakaian dokumen, keamanan bahan pustaka, inventarisasi, verifikasi dan penanganan di rak (Boss, 2009).
Saat ini RFID sudah dikembangkan dalam dunia perpustakaan untuk  mempermudah bagian layanan perpustakaan dan juga mempermudah serta mempercepat kinerja staf perpustakaan. Teknologi RFID dalam perpustakaan banyak dimanfaatkan untuk membantu permasalahan yang berkaitan dengan pengindeksian suatu objek seperti identifikasi barang ataupun bahan pustaka pada perpustakan, identifikasi keanggotaan perpustakaan atau input data/bahan pustaka suatu objek perpustakaan, peminjaman bahan pustaka, pengembalian bahan pustaka. Setelah bahan pustaka dikembalikan langsung diidentifikasi setelah melalui drop books, dan fungsi keamanan anti pencurian diaktifkan kembali. Pada saat bersamaan database perpustakaan otomatis diperbaharui. Pengembalian mandiri atau self-return books dilengkapi dengan automatic system, yang mana menjadikan pengelolaan bahan pustaka menjadi lebih efisien.
RFID memberikan keunggulan yang signifikan bila dibandingkan dengan penggunaan barkode dalam perpustakaan. Keunggulan utama adanya peningkatan kualitas pelayanan serta penghematan biaya operasional tenaga perpustakaan, karena teknologi RFID memungkinkan untuk penguna perpustakaan melakukan pelayanan mandiri (self-service) baik peminjaman maupun pengembalian bahan pustaka dengan menggunakan kartu anggota yang sudah itanami chip RFID yang biasa disebut smartcard.
Dalam menerapkan teknologi baru maka akan terdapat segi positif dan segi negatifnya, begitu pula dalam sebuah perpustakaan maka akan ada kelebihan dan kelemahan dari teknologi RFID tersebut, diantara kelebihannya adalah: (Narayan: 2005 dan Boss: 2007):
1.   Kecepatan pengisian/pemakaian: Penggunaan RFID mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sirkulasi dan inventarisasi karena tag RFID dapat dibaca dari jarak jauh dibandingkan barcode yang harus disejajarkan untuk dapat dibaca. Itulah yang membuat sistem RFID tidak hanya lebih cepat, tetapi mampu mendukung inventarisasi bahan elektronik di rak-rak dengan perangkat genggam (scan reader)
2.   Yang paling signifikan penghematan waktu dikaitkan dengan fakta-fakta informasi yang dapat dibaca dari tag RFID jauh lebih cepat daripada dari barcode dan bahwa beberapa item (bahan pustaka) dalam tumpukan dapat dibaca pada waktu yang sama. Walaupun dikhawatirkan akan adanya tabrakan logaritma antar berbagai tag.
3.   Mempermudah pemakaian sendiri (layanan mandiri): Untuk pelanggan menggunakan layanan mandiri, sensor dapat membaca tag RFID yang telah dipasang dalam beberapa bahan pustaka (bahan pustaka yang dipinjam atau yang dikembalikan banyak) di waktu yang bersamaan. Sehingga memudahkan kinerja staf perpustakaan
4.   Kehandalannya tinggi: alat pembaca (reader) sangat diandalkan. Beberapa sistem RFID menghubungkan sensor untuk pintu keluar dan sistem sirkulasi untuk mengidentifikasi barang-barang yang keluar dari perpustakaan. Apabila ada yang lari keluar dari perpustakaan dan tidak dapat dicegat, perpustakaan setidaknya tahu apa yang telah dicuri. Jika kartu anggota juga memiliki tag RFID, perpustakaan juga akan dapat untuk menentukan siapa yang mengeluarkan item (bahan pustaka). Meminimalisir pencurian dan penghematan biaya.
5.   Inventarisasi dengan kecepatan tinggi: keuntungan unik dari sistem RFID adalah kemampuan mereka untuk memindai bahan pustaka-bahan pustaka di rak tanpa menunjuk mereka keluar atau menghapusnya. Menggunakan teknologi nirkabel, mungkin tidak hanya untuk memperbarui persediaan, tetapi juga untuk mengidentifikasi item yang keluar dari urutan yang tepat
6.   Penanganan material (bahan pustaka): Penerapan lain dari teknologi RFID penanganan material secara otomatis, termasuk menyortir bahan pustaka menurut kategori untuk diletakkan ditempat yang tidak dipakai. Hal ini secara signifikan mengefisienkan waktu staf dalam reshelving. Mengingat tingginya biaya peralatan, aplikasi ini belum banyak digunakan.
7.   Umur tag panjang: Tag RFID berlangsung lebih lama dari barcode karena tidak adanya kontak langsung kepada item. Kebanyakan klaim vendor RFID menyatakan adanya transaksi minimum 100.000 sebelum tag mungkin perlu diganti, namun, sepuluh tahun adalah jaminannya. Namun ada Tags dengan jaminan 40 tahun yang disediakan oleh vendor.
8.   Kegiatan sirkularsi cepat: Penggunaan RFID mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sirkulasi. Yang paling signifikan penghematan waktu dikaitkan dengan fakta-fakta informasi yang dapat dibaca dari tag RFID jauh lebih cepat daripada dari barcode dan bahwa beberapa item yang menumpuk dapat dibaca pada waktu yang bersamaan.
Disamping adanya keuntungan maka tidak bisa terlepas juga dari kekurangan dari penggunaan RFID dalam perpustakaan, beberapa kekurangan adalah (Narayan: 2005 dan Boos: 2007):
1.  Kelemahan utama dari teknologi RFID adalah biaya yang dikeluarkan tinggi. Untuk pembelian komponen RFID, harga tagnya sekitar 1.500 sampai 7.500 US dollar untuk masing-masing tag, jauh lebih mahal dibandingkan barcode.
2.  RFID rentan untuk berkompromi karena lapisan foil dari tag yang terlalu tebal kemungkinan bisa menghalangi sinyal radio dan memungkinkan pembatalan sinyal tersebut. Perlu kehatia-hatian dan keselarasan dalam penggunaannya
3.  Kemungkinan penghapusan/ pencabutan tag yang dipasang yang pada item (bahan pustaka), perpustakaan harus membuat cara agar tag RFID itu benar-benar rahasia dalam penempatannya dan membuat agar tidak terlihat sama sekali.
4.  Masalah sensor keluar, pintu sensor harus membaca dua kali jarak alat pembaca lainnya, maksudnya walaupun dari jarak jauh, sensor harus bisa menjalankan fungsinya. Sedangkan kinerja sensor yang baik adalah ketika berada pada jarak 36-42 inci,  bukan 48 inci seperti yang telah ditentukan perpustakaan.
5.  Ancaman terhadap privasi. Adanya informasi pribadi pemustaka (user) yang terekam pada tag RFID (smart card). Pada penggunaan smartcard ketika pemustaka melakukan transaksi peminjaman ataupun pengembalian bahan pustaka

KESIMPULAN DAN SARAN
RFID (Radio Frequency Identification) merupakan sebuah teknologi baru nirkabel (wireless) yang unggul dan telah diterapkan di dalam dunia perpustakaan untuk mengembangkan layanan dan kinerja perpustakaan dalam hal identifikasi dan pengamanan, yang mana merupakan kemajuan teknologi yang berkelanjutan dari sistem barcode. Meskipun kelebihannya adalah identifikasi yang unik dan fleksibilitas dari RFID merupakan kabar baik, teknologi ini masih belum dipahami secara luas atau belum banyak diterapkan di lingkungan perpustakaan. Hal ini terlihat dari beberapa kekurangan yang ditimbulkan dari penerapan RFID di perpustakaan. Biaya yang dikeluarkan cukup tinggi untuk menggunakan teknologi ini dikarenakan dalam penerapannya, standarisasi, dan inovasinya RFID terus berubah.
Penerapan RFID di perpustakaan yang masih relatif baru dan karenanya ada banyak fitur teknologi yang tidak dipahami oleh masyarakat umum. Perkembangan teknologi RFID terus menghasilkan kapasitas memori yang lebih besar. Diharapkan untuk kedepannya banyak perpustakaan di Indonesia bisa mengaplikasilan RFID dengan maksimal, agar staf perpustakaaan semakin maksimal pula dalam melaksananakan pekerjaan, dan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka. Selain itu perpustakaan yang sudah menerapkan RFID akan mempunyai nilai  lebih dari serta akan mewujudkan perpustakaan yang  modern sesuai  dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

DAFTAR PUSTAKA
A.  Narayanan, et.al, Implementing RFID in Library: Methodologies, Advantages, and Disadvantages” tersedia di library.igcar.gov.in/readit-2005/conpro/lgw/s5-8.pdf atau di http://www.libsys.co.in/download/implementing_rfid_in_Libraries.pdf diakses pada tanggal 23 November 2010

Boss, Richard, 2007. RFID Technology for Libraries tersedia di http://staging.ala.org/ala/mgrps/divs/pla/plapublications/platechnotes/RFID-2007.pdf diakses pada tanggal 25 November 2010

Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin, 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan: Strategi Perancangan Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Kanisius.

- Copyright © FiqNit - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -