Popular Post

Purple Bobblehead Bunny
Posted by : Unknown Kamis, 28 April 2016



Nama                     : Septiani Dwi Saputri
NIM                        : 135030701111010
MATKUL                : Penerbitan Grafis dan Elektronik
Dosen Pengampu : Piyoto Widhi S.Si,. M.Si

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut hadir di segala bidang kegiatan dan berbagai bidang keilmuan. Penerapan berbagai teknologi yang ada, memberi kemudahan pada suatu organisasi untuk mengembangkan efisiensi pekerjaan  dan kualitas layanan menjadi lebih baik.
Perpustakaan sebagai tempat berbagai sumber informasi, dalam hal ini dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pemustakanya, baik dalam memaksimalkan bahan pustaka yang ada maupun layanan-layanan yang disediakan. Untuk itu pihak perpustakaan selalu mengembangkan ilmunya agar bisa memenuhi tuntutan tersebut, dalam hal ini perkembangan ilmu teknologi informasi.
Teknologi informasi yang sudah berkembang dengan sangat pesat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan maupun profesi. Untuk itu organisasi baik instansi maupun perusahaan harus mengubah cara kerja mereka yang tadinya manual sekarang dibantu dengan teknologi dalam memudahkan pekerjaan mereka. Perpustakaan dalam hal ini juga tidak boleh ketinggalan dalam hal penerapan teknologi dalam teknis kerjanya.
Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video. Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi. Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer tetapi gabungan dari teknologi komputer dan teknologi komunikasi.
Perpustakaan erat kaitannya dengan informasi, sesuai dengan pengertian perpustakaan menurut IFLA (International Federation Library Association) perpustakaan adalah tempat kumpulan materi tercetak dan non tercetak atau sumber informasi yang disusun secara sistematis, untuk digunakan oleh pemustaka. Dilihat dari pengertian di atas, dimana perpustakaan diartikan sebagai tempat terkumpulnya sumber informasi, maka dibutuhkan teknologi informasi untuk mendukung informasi tersebut agar mudah ditemukan dan dimanfaatkan oleh pemustaka.
            Dengan menggunakan teknologi yang canggih diharapkan hal ini berdampak bagi pemustaka agar lebih berminat untuk memanfaatkan berbagai layanan di perpustakaan. Untuk pengelola perpustakaan dengan diterapkannya teknologi informasi ini, mereka juga terbantu dalam kegiatan mengolah, menyimpan dan menyebarkan informasi yang ada di perpustakaan.
Adapun dampak positif dari perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan-kegiatan di perpustakaan adalah (Supriyanto: 2008):
a.   Meringankan beban pekerjaan pustakawan di perpustakaan sehingga pekerjaan lebih efektif dan efisien. Sebelum adanya teknologi informasi di perpustakaan, kegiatan di perpustakaan dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama, dengan adanya otomasi perpustakaan kegiatan pengkatalogan, penelusuran, pengambilan keputusan dan lain-lain dapat diselesaikan dengan cepat dan mudah.
b.   Pertukaran informasi dan kerjasama dengan perpustakaan lain menjadi lebih mudah dan cepat karena semua informasi dapat diakses melalui jaringan internet dan dapat dilakukan secara virtual tanpa harus bertatap muka.
c.   Dapat meningkatkan citra dan pencitrakan perpustakaan. Citra perpustakaan yang selama ini diremehkan, dikarenakan pemikiran bahwa perpustakaan hanyalah gudang atau tempat penyimpanan buku, perlahan-lahan akan berubah. Dengan adanya teknologi informasi di perpustakaan maka citra perpustakaan akan membaik karena mengikuti perkembangan teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
d.   Dapat memudahkan mempromosikan produk perpustakaan melalui website. Dengan menggunakan website perpustakaan maka perpustakaan bisa lebih menjangkau pemustaka yang berada jauh dari lokasi perpustakaan.
e.   Memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pendendaan, pengadaan, wedding dan lain-lain. Dengan adanya teknologi informasi ini segala kegiatan di dalam perpustakaan menjadi lebih mudah.
Perkembangan teknologi informasi diharapkan bisa lebih memaksimalkan kinerja dan pelayanan perpustakaan. Saat ini perpustakaan telah mengambil peranan yang penting dalam perkembang teknologi salah satunya dengan penerapan sistem otomasi di dalam perpustakaan, yang mana sangat membantu alur kerja di dalam perpustakaan, baik pustakawan maupun pemustaka. Sistem otomasi perpustakaan saat ini sudah dikombinasikan dengan menggunakan sistem identifikasi otomatis bahan pustaka, yang mana lebih mengefisienkan lagi pekerjaan di dalam perpustakaan. sistem identifikasi otomatis yang selama ini banyak di pakai di perpustakaan adalah sistem barcode.
Barcode telah digunakan oleh pustakawan diberbagai jenis  perpustakaan untuk waktuyang lama, seiring dengan perkembangan teknologi barcode sekarang perlahan-lahan sudah mulai digantikan oleh penggunaan RFID. Penerapan  yang meluas dari RFID banyak memunculkan persoalan dalam peningkatan layanan khususnya layanan mandiri
Penggunaan barcode bila dibandingkan dengan penggunaan RFID sangat banyak perbedaannya, diantaranya sistem barcode hanya bisa dibaca, sedangkan RFID bisa dibaca dan dan ditulis ulang, untuk membaca dengan alat reader barcode harus disejajarkansedangkan RFID tidak perlu disejajarkan, semua objek atau benda bisa dibaca secara bersamaan walau ditumpuk sekalipun, sedangkan barcode hanya membaca satu objek, RFID bisa digunakan untuk penjajaran.

PENGERTIAN RFID
Frank Thronton (2006) menjelaskan bahwa RFID merupakan peralatan dan teknologi yang menggunakan sinyal radio untuk memberikan data yang telah diidentifikasikan. RFID ini termasuk dalam bentuk tag atau label kecil yang dapat mengidentifikasi sebuah objek data diterima melalui sinyal radio, kemudian diterjemahkan kembali dalambentuk angka atau informasi lainnya. RFID bukan hanya digunakan dikalangan industri saja, akan tetapi juga digunakan pada perpustakaan sebagai alat pengaman dan mempermudah pekerjaan dan layanan.
            RFID (Radio Frequency Identification) merupakan kombinasi dari frekuensi radio berbasis teknologi dan teknologi microchip. Informasi yang terkandung di dalam tag microchip dan ditempelkan pada bahan pustaka dapat dibaca menggunakan teknologi frekuensi radio. Sebuah alat pembaca (alias sensor, pemindai, atau integrator) mencari antena pada tag dan mengambil informasi dari microchip dalam perangkat RFID. (Boss, Richard). Chip RFID menjadi bagian yang sangat penting, karena chip yang digunakan telah menjadi lebih kecil dan lebih pintar sampai ke titik di mana chip tersebut dapat ditambahkan pada setiap jenis dokumen dan dapat dibaca dan diperbarui dari kejauhan (A. Narayanan, et.al: 2005).
            Pengertian RFID secara umum adalah sebuah teknologi terbaru untuk mengidentifikasi atau mendeteksi sebuah objek (benda/orang) dengan menggunakan gelombang radio, yang terdiri dari satu atau lebih alat pembaca/ transponder interogator dan RF transfer data yang dicapai dengan cara yang sesuai dimodulasi induktif atau memancarkan pembawa elektro-magnetik. Selain itu dapat digunakan sebagai pembawa data, dengan informasi yang ditulis dan diperbarui untuk tag pada saat digunakan.
            Penggunaan RFID di perpustakaan yang mana  menggantikan sistem barcode telah ada sejak tahun 1990-an. Dengan menggunkaan RFID memungkinkan pengamanan, dan penemuan kembali bahan pustaka di perpustakaan dengan mudah. Secara keseluruhan rak bahan pustaka dapat dibaca dengan alat pembaca sinyal pada portable scan reader. Kemudian pada hasil portable scan reader akan dilaporkan apakah ada bahan pustaka yang hilang atau dipinjam (keluar dari rak). Sebuah label RFID yang ditempelkan pada bahan pustaka akan mengidentifikasi bahan pustaka dan akan melindunginya. Ketika pemustaka melakukan pminjaman dan membawa bahan pustaka keluar dari perpustakaan maka label RFID akan terbaca oleh sistem. (Ahson, Syed: 2008).

KOMPONEN-KOMPONEN RFID
Komponen-komponen dari RFID, yang pertama yaitu, tag RFID  yang dapat berupa stiker, kertas atau plastik dengan beragam ukuran. Di dalam tag terdapat chip yang mampu menyimpan sejumlah informasi tertentu, yang kedua terminal reader RFID, terdiri atas RFID- reader dan antenna yang akan mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Terminal RFID akan membaca atau mengubah informasi yang tersimpan dalam tag melalui frekuensi radio.
Ketika tag melakukan identifikasi, informasi yang tersimpan pada chip dalam tag dikode ulang oleh reader dan disimpan, dikirim ke server, atau dikomunikasikan kepada sistem perpustakaan terpadu bila sistem RFID dihubungkan dengan itu. Ketika tidak ada server, sebagian besar perangkat lunak disimpan di reader.  Terminal RFID terhubung langsung dengan system host computer, dimana mengatur alur informasi dari item-item yang terdeteksi dalam lingkup system RFID dan mengatur komunikasi antara tag dan reader (alat pembaca). Host bisa berupa stand-alone ataupun terhubung jaringan LAN/Internet untuk komunikasi dengan server.  Jenis konversi reader mencakup, stasiun kerja staf untuk meja sirkulasi dalam melakukan pekerjaan, pelindung diri stasiun pengisian dan pemakaian, reader untuk mengidentifikasi bahan pustaka yang dikembalikan, dan pintu sensor untuk mengidentifikasi keamanan.
Sistem RFID di perpustakaan merupakan gabungan dari beberapa komponen. Beberapa komponen tersebut akan membuat mekanisme alur kerja di perpustakaan yang menjadikan perpustakaan yang bersangkutan berbeda dengan perpustakaan lainnya yang tidak menggunakan sistem RFID.  Untuk
mempersiapkan sistem tersebut maka berikut langkah-langkah:
·       Menginput deskripsi buku ke dalam tag RFID
·       Tempelkan tag RFID ke dalam buku
·       Masukkan buku ke dalam rak
·       Pindai buku dengan alat scanner genggam agar nantinya mempermudah shelving
·       Pemustaka mencari bahan pustaka di OPAC dan mencari ke jajaran rak
·       Kemudian peminjaman dilakukan secara mandiri (self service) dengan menggunakan alat self chek station
·       Buku yang dipinjam sudah melalui proses diatas tidak akan menjadi masalah ketika melewati pintu gerbang yang mana sudah dipasang alarm pengaman
·       Ketika pemustaka ingin mengembalikan buku maka bisa melalui alat book drop

PENERAPAN RFID DALAM PERPUSTAKAAN (KELEBIHAN DAN KELEMAHAN)
Penerapan RFID dalam perpustakaan adalah penambahan teknologi terbaru yang digunakan dalam perpustakaan untuk kombinasi otomatisasi dan kegiatan keamanan dalam pemeliharaan dokumen baik di dalam perpustakaan atau ketika dokumen di luar perpustakaan (A. Narayanan, et.al.: 2007). RFID adalah teknologi terbaru untuk digunakan dalam sistem deteksi pencurian/ kehilangan bahan pustaka perpustakaan.
Sistem RFID mulai dipakai dalam perpustakaan pada akhir tahun 1990-an yang kegunaanya diantaranya tidak hanya mendeteksi hilangnya bahan pustaka, juga mempercepat kinerja staf dan pelaksanaannya, menyederhanakan dan mendukung kecepatan urusan dan pelaksanaan staf, dan  dilaksanakan untuk tujuan pelacakan efisiensi dokumen di seluruh perpustakaan, mempermudah dan mempercepat pemakaian dokumen, keamanan bahan pustaka, inventarisasi, verifikasi dan penanganan di rak (Boss, 2009).
Saat ini RFID sudah dikembangkan dalam dunia perpustakaan untuk  mempermudah bagian layanan perpustakaan dan juga mempermudah serta mempercepat kinerja staf perpustakaan. Teknologi RFID dalam perpustakaan banyak dimanfaatkan untuk membantu permasalahan yang berkaitan dengan pengindeksian suatu objek seperti identifikasi barang ataupun bahan pustaka pada perpustakan, identifikasi keanggotaan perpustakaan atau input data/bahan pustaka suatu objek perpustakaan, peminjaman bahan pustaka, pengembalian bahan pustaka. Setelah bahan pustaka dikembalikan langsung diidentifikasi setelah melalui drop books, dan fungsi keamanan anti pencurian diaktifkan kembali. Pada saat bersamaan database perpustakaan otomatis diperbaharui. Pengembalian mandiri atau self-return books dilengkapi dengan automatic system, yang mana menjadikan pengelolaan bahan pustaka menjadi lebih efisien.
RFID memberikan keunggulan yang signifikan bila dibandingkan dengan penggunaan barkode dalam perpustakaan. Keunggulan utama adanya peningkatan kualitas pelayanan serta penghematan biaya operasional tenaga perpustakaan, karena teknologi RFID memungkinkan untuk penguna perpustakaan melakukan pelayanan mandiri (self-service) baik peminjaman maupun pengembalian bahan pustaka dengan menggunakan kartu anggota yang sudah itanami chip RFID yang biasa disebut smartcard.
Dalam menerapkan teknologi baru maka akan terdapat segi positif dan segi negatifnya, begitu pula dalam sebuah perpustakaan maka akan ada kelebihan dan kelemahan dari teknologi RFID tersebut, diantara kelebihannya adalah: (Narayan: 2005 dan Boss: 2007):
1.   Kecepatan pengisian/pemakaian: Penggunaan RFID mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sirkulasi dan inventarisasi karena tag RFID dapat dibaca dari jarak jauh dibandingkan barcode yang harus disejajarkan untuk dapat dibaca. Itulah yang membuat sistem RFID tidak hanya lebih cepat, tetapi mampu mendukung inventarisasi bahan elektronik di rak-rak dengan perangkat genggam (scan reader)
2.   Yang paling signifikan penghematan waktu dikaitkan dengan fakta-fakta informasi yang dapat dibaca dari tag RFID jauh lebih cepat daripada dari barcode dan bahwa beberapa item (bahan pustaka) dalam tumpukan dapat dibaca pada waktu yang sama. Walaupun dikhawatirkan akan adanya tabrakan logaritma antar berbagai tag.
3.   Mempermudah pemakaian sendiri (layanan mandiri): Untuk pelanggan menggunakan layanan mandiri, sensor dapat membaca tag RFID yang telah dipasang dalam beberapa bahan pustaka (bahan pustaka yang dipinjam atau yang dikembalikan banyak) di waktu yang bersamaan. Sehingga memudahkan kinerja staf perpustakaan
4.   Kehandalannya tinggi: alat pembaca (reader) sangat diandalkan. Beberapa sistem RFID menghubungkan sensor untuk pintu keluar dan sistem sirkulasi untuk mengidentifikasi barang-barang yang keluar dari perpustakaan. Apabila ada yang lari keluar dari perpustakaan dan tidak dapat dicegat, perpustakaan setidaknya tahu apa yang telah dicuri. Jika kartu anggota juga memiliki tag RFID, perpustakaan juga akan dapat untuk menentukan siapa yang mengeluarkan item (bahan pustaka). Meminimalisir pencurian dan penghematan biaya.
5.   Inventarisasi dengan kecepatan tinggi: keuntungan unik dari sistem RFID adalah kemampuan mereka untuk memindai bahan pustaka-bahan pustaka di rak tanpa menunjuk mereka keluar atau menghapusnya. Menggunakan teknologi nirkabel, mungkin tidak hanya untuk memperbarui persediaan, tetapi juga untuk mengidentifikasi item yang keluar dari urutan yang tepat
6.   Penanganan material (bahan pustaka): Penerapan lain dari teknologi RFID penanganan material secara otomatis, termasuk menyortir bahan pustaka menurut kategori untuk diletakkan ditempat yang tidak dipakai. Hal ini secara signifikan mengefisienkan waktu staf dalam reshelving. Mengingat tingginya biaya peralatan, aplikasi ini belum banyak digunakan.
7.   Umur tag panjang: Tag RFID berlangsung lebih lama dari barcode karena tidak adanya kontak langsung kepada item. Kebanyakan klaim vendor RFID menyatakan adanya transaksi minimum 100.000 sebelum tag mungkin perlu diganti, namun, sepuluh tahun adalah jaminannya. Namun ada Tags dengan jaminan 40 tahun yang disediakan oleh vendor.
8.   Kegiatan sirkularsi cepat: Penggunaan RFID mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sirkulasi. Yang paling signifikan penghematan waktu dikaitkan dengan fakta-fakta informasi yang dapat dibaca dari tag RFID jauh lebih cepat daripada dari barcode dan bahwa beberapa item yang menumpuk dapat dibaca pada waktu yang bersamaan.
Disamping adanya keuntungan maka tidak bisa terlepas juga dari kekurangan dari penggunaan RFID dalam perpustakaan, beberapa kekurangan adalah (Narayan: 2005 dan Boos: 2007):
1.  Kelemahan utama dari teknologi RFID adalah biaya yang dikeluarkan tinggi. Untuk pembelian komponen RFID, harga tagnya sekitar 1.500 sampai 7.500 US dollar untuk masing-masing tag, jauh lebih mahal dibandingkan barcode.
2.  RFID rentan untuk berkompromi karena lapisan foil dari tag yang terlalu tebal kemungkinan bisa menghalangi sinyal radio dan memungkinkan pembatalan sinyal tersebut. Perlu kehatia-hatian dan keselarasan dalam penggunaannya
3.  Kemungkinan penghapusan/ pencabutan tag yang dipasang yang pada item (bahan pustaka), perpustakaan harus membuat cara agar tag RFID itu benar-benar rahasia dalam penempatannya dan membuat agar tidak terlihat sama sekali.
4.  Masalah sensor keluar, pintu sensor harus membaca dua kali jarak alat pembaca lainnya, maksudnya walaupun dari jarak jauh, sensor harus bisa menjalankan fungsinya. Sedangkan kinerja sensor yang baik adalah ketika berada pada jarak 36-42 inci,  bukan 48 inci seperti yang telah ditentukan perpustakaan.
5.  Ancaman terhadap privasi. Adanya informasi pribadi pemustaka (user) yang terekam pada tag RFID (smart card). Pada penggunaan smartcard ketika pemustaka melakukan transaksi peminjaman ataupun pengembalian bahan pustaka

KESIMPULAN DAN SARAN
RFID (Radio Frequency Identification) merupakan sebuah teknologi baru nirkabel (wireless) yang unggul dan telah diterapkan di dalam dunia perpustakaan untuk mengembangkan layanan dan kinerja perpustakaan dalam hal identifikasi dan pengamanan, yang mana merupakan kemajuan teknologi yang berkelanjutan dari sistem barcode. Meskipun kelebihannya adalah identifikasi yang unik dan fleksibilitas dari RFID merupakan kabar baik, teknologi ini masih belum dipahami secara luas atau belum banyak diterapkan di lingkungan perpustakaan. Hal ini terlihat dari beberapa kekurangan yang ditimbulkan dari penerapan RFID di perpustakaan. Biaya yang dikeluarkan cukup tinggi untuk menggunakan teknologi ini dikarenakan dalam penerapannya, standarisasi, dan inovasinya RFID terus berubah.
Penerapan RFID di perpustakaan yang masih relatif baru dan karenanya ada banyak fitur teknologi yang tidak dipahami oleh masyarakat umum. Perkembangan teknologi RFID terus menghasilkan kapasitas memori yang lebih besar. Diharapkan untuk kedepannya banyak perpustakaan di Indonesia bisa mengaplikasilan RFID dengan maksimal, agar staf perpustakaaan semakin maksimal pula dalam melaksananakan pekerjaan, dan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka. Selain itu perpustakaan yang sudah menerapkan RFID akan mempunyai nilai  lebih dari serta akan mewujudkan perpustakaan yang  modern sesuai  dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

DAFTAR PUSTAKA
A.  Narayanan, et.al, Implementing RFID in Library: Methodologies, Advantages, and Disadvantages” tersedia di library.igcar.gov.in/readit-2005/conpro/lgw/s5-8.pdf atau di http://www.libsys.co.in/download/implementing_rfid_in_Libraries.pdf diakses pada tanggal 23 November 2010

Boss, Richard, 2007. RFID Technology for Libraries tersedia di http://staging.ala.org/ala/mgrps/divs/pla/plapublications/platechnotes/RFID-2007.pdf diakses pada tanggal 25 November 2010

Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin, 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan: Strategi Perancangan Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Kanisius.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © FiqNit - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -